WIRDA NIRMALA
"Membiasakan diri ingin mengetahui informasi sedalam mungkin pada suatu hal adalah hal yang bisa memancing berpikir kritis apa yang kita lihat,dengar dan rasakan"
Kamis, 11 Oktober 2012
Rabu, 10 Oktober 2012
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional Indonesia,
aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan
Belanda. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan
yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang
Belanda. Ki hajar Dewantara adalah tokoh yang punya dedikasi tinggi
yang suka membawa spirit kerakyatan. Dia tidak mau menjaga jarak dengan
rakyat kecil, meski dia sendiri adalah keturuan dari kaum bangsawan.
Bahkan untuk menghilangkan sekat pergaulannya, dia menanggalkan nama
ningratnya, Raden mas Suwardi Suryaningrat.
Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di
Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun.Tanggal kelahirannya
sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan
Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah
nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya
diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.
Masa muda dan awal karier
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia
menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda).
Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi
tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan
wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java,
De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.
Aktivitas pergerakan
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam
organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun
1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah
kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai
pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres
pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Taman Siswa |
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari
warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari
Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis,
termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis “Een voor Allen maar Ook Allen
voor Een” atau “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga”. Namun
kolom KHD yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda”
(judul asli: “Als ik eens Nederlander was”), dimuat dalam surat kabar De
Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di
kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain
sebagai berikut.
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan
pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri
kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil,
tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan
sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan
itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya.
Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang
Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan
sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi
suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”.
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh
Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari
tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka
menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis
dengan gaya demikian. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan
Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas
permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto
Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke
Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.
Dalam pengasingan
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para
pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di
sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan
belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah
pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan
lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi
terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel
dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh
keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam
mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.
Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera
kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman
mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar
bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal
Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat
ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia
mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan
gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia
dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Taman Siswa Ki Hajar Dewantara |
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal
di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa
Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani. (“di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat,
dari belakang mendukung”). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia
pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan
Tamansiswa.
Pengabdian di masa Indonesia merdeka
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi
Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat
gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas
tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam
merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan
Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28
November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.
http://biografi.rumus.web.id/biografi-ki-hajar-dewantara/
Senin, 08 Oktober 2012
DEFINISI KEBUDAYAAN MENURUT PARA AHLI
Berikut ini definisi-definisi kebudayaan yang dikemukakan beberapa ahli:
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan relajar.
4. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun kelompok.
5. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua masyarakat.
6. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
7. Francis Merill
Pola-pola perilaku yang di hasilkan oleh interaksi social Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh sesorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
8. Bounded et.al
Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di temukan di dalam media, pemerintahan, intitusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
9. Mitchell (Dictionary of Soriblogy)
Kebudayaan adalah sebagian perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia dan produk yang dihasilkan manusia yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar di alihkan secara genetikal.
10. Robert H Lowie
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang di peroleh individu dari masyarakat, mencakup kepercayaan, adat istiadat, norma-norma artistic, kebiasaan makan, keahlian yang di peroleh bukan dari kreatifitasnya sendiri melainkan merupakan warisan masa lampau yang di dapat melalui pendidikan formal atau informal.
11. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
12. Malinowski
mengatakan bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek
fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat
istiadat.
13. Sidi Gazalba
13. Sidi Gazalba
mengatakan budaya sebagai cara berfikir dan merasa untuk
kemudian dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok manusia yang membentuk
masyarakat dalam suatu ruang dan waktu tertentu.
14. Soemardjan dan soelaeman Soemardi
budaya sebagai hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat.
15. Clifford geertz
mengartikan kebudayaan sebagai sebuah sistem berupa
konsepsi-2 yang diwariskan dalam bentuk simbolik sehingga dengan cara ini
manusia mampu berkomunikasi, melestarikan, mengembangkan pengetahuan serta
sikapnya terhadapkehidupan.
16. Ralph L. Beals dan Harry Hoijer
menyatakan konsep kebudayaan ialah mengenal
pasti kelakuan yang biasa dipraktikkan, diperolehi melalui pembelajaran oleh
sesuatu kumpulan masyarakat.
17. Lucy Mair
menyatakan bahawa kebudayaan ialah milik bersama sesuatu masyarakat
yang mempunyai tradisi yang sama.
18. Menurut Sultan Takdir Alisyahbana
kebudayaan adalah manifestasi dan cara
berfikir yang dipakai dan mempengaruhi manusia.
19. Djojodigono
memberikan defenisi mengenai kebudayaan dengan mengatakan
kebudayaan itu adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
20. Mangunsarkoro
Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasi kegiatan
manusia dalam arti yang seluas-luasnya.
21. Moh. Hatta
memberikan definisi singkat mengenai apa itu kebudayaan yang
mengatakan kebudayaan itu adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
22. Ralph Linton ( 1839-1953 )
memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu “
Man’s social heredi “ yang artinya sifat social yang dimiliki oleh manusia
secara turun temurun.
23. J.P.H. Dryvendaf
memberikan pendapat mengenai definisi kebudayaan, bahwa
kebudayaan itu adalah kumpulan dari letusan jiwa manusia sebagai yang beraneka
ragam berlaku dalam suatu mansyarakat tertentu.
24. Dawson
memberikan definisi mengenai konsep kebudayaan bahwa kebudayaan itu
adalah cara hidup bersama (culture is common way of life).
25. W.H.Kelly
memberikan sebuah definisi bahwa kebudayaan itu adalah sebuah
pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
26. Melville J. Herskovits yang merupakan seorang Antropolog Amerika
memberikan
definisi mengenai kebudayaan bahwa kebudayaan itu adalah bagian dari lingkungan
bantuan manusia (Man made past of the eviroment).
27. R. Linton
mendefinisikan kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku
dan hasil dari perilaku tersebut, yang kemudian unsure-unsur pembentukannya
didukung serta diteruskan oleh kelompok masyarakat tertentu.
28.Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
29. Menurut Andreas Eppink
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
30. Hofstede (1984)
menjelaskan budaya adalah “pemrograman kolektif terhadap
pikiran yang membedakan antara kelompok satu dengan lainnya.”
31. kroeber dan Kluckhohn
Budaya terdiri dari pola, eksplisit dan implisit, dan
untuk perilaku yang diperoleh dan dan ditularkan oleh simbol, yang merupakan
prestasi khas dari kelompok manusia, termasuk perwujudan mereka di artefak,
inti penting dari budaya terdiri dari tradisional (yaitu historis berasal dan
dipilih) ide-ide dan terutama nilai-nilai yang melekat mereka, sistem kultur
dapat, di satu sisi, dianggap sebagai produk dari tindakan, di sisi lain
sebagai elemen pengkondisian tindakan lebih lanjut.
32. Edward
Kebudayaan adalah satu cara perjuangan melawan pemusnahan dan
pelenyapan. Kebudayaan adalah suatu bentuk ingatan melawan penghapusan.
33. FUAD HASSAN, 1998
Kebudayaan adalah suatu kerangka acuan bagi perikehidupan suatu masyarakat yang sekaligus untuk mengukuhkan jati diri sebagai kebersamaan yang berciri khas.
34. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
35. C. Wisser, A.Davis & A. Hoebel
mereka semua mengartikan kebudayaan
sebagai “Perbuatan yang pada dasarnya merupakan insting selanjutnya
dimodifikasi / diperbaharui dan dikembangkan melalui suatu proses belajar”.
36. Harjoso, mengemukakan inti kebudayaan adalah 1. Kebudayaan yang terdapat didalam masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain 2. Kebudayaan itu dapat diteruskan dan dapat diajarkan 3. Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen-komponen biologis, psikologis, dan sosiologis dari eksistensi/keberadaan manusia. 4. Kebudayaan itu berstruktur atau mempunyai cara atau aturan tertentu 5. Kebudayaan terbagi atas berbagi aspek-aspek baik itu social, psikologis 6. Kebudayaan itu bersifat dinamis atau selalu berubah 7. Nilai-nilai dalam kebudayaan itu bersifat relative atau antara masyarakat yang satu berbeda dengan denga masyarakat yang lain.
37. Roucek & Warren
Kebudayaan itu terwujud bukan hanya seni tetapi juga
terwujud dalam benda-benda yang terdapat disekeliling maupun yang dibuat oleh
manusia, jadi menurut Roucek dan Warren Kebudayaan adalah ”cara hidup yang
dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk
dapat bertahan hidup, meneruskan keturunannya dan mengatur pengalaman
sosialnya”.
38. Abdul Syani
mengemukakan tiga hal yang terkandung dalam kebudayaan yakni :
kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat manusia, kebudayaan itu diturunkan
melalui proses belajar dari tiap individu, kebudayaan merupakan pernyataan
perasaan dan pikiran manusia”.
39. Sukidin, Basrowi & Agus Wijaka
mendefenisikan kebudayaan sebagai
“keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi
kehidupannya dengan cara belajar.
40. Bekker
mengartikan kebudayaan sebegai penciptaan, penerbitan dan pengolahan
nilai- nilai insani/manusiawi, tercakup didalamnya usaha membudayakan bahan
alam mentah serta hasilnya dimana hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan.
41. C.A.VAN Peursen
Kebudayaan adalah sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kehidupan setiap kelompok orang-orang berlainan dengan hewa-hewa, maka manusia tidak hidup begitu saja ditengah alam, melainkan selalu mengubah alam.
42. Haji Agus Salim
kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan
daya menjadi makna sejiwa dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
43. Elwood
Menyatakan bahwa kebudayaan itu mencakup benda-benda material dan
spiritual, yang pada kedua-duanya diperoleh dalam interaksi kelompok atau
dipelajari dalam kelompok, kebudayaan mencakup kekuatan untuk menguasai alam
dan dirinya sendiri.
44. .Edward Spranger
Kebudayaan sebagai segala bentuk atau ekspresi dari
kehidupan batin masyarakat. Sedangkan peradaban ialah perwujudan kemajuan
teknologi dan pola material kehidupannya.
45. . Raymond Williams (1961: 16)
Budaya adalah seluruh kehidupan, materi,
intelektual, dan spiritual.
46. Larson dan Smalley (1972: 39)
Kebudayaan sebagai "blue print" yang
memandu perilaku orang dalam suatu komunitas dan diinkubasi dalam kehidupan
keluarga. Ini mengatur perilaku kita dalam kelompok, membuat kita peka terhadap
masalah status, dan membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita adalah
untuk grup. budaya yang berbeda struktur yang mendasari yang membuat bulat
bulat masyarakat dan komunitas persegi persegi.
47. Nostrand (1989: 51)
Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan,
cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas
tersebut.
48. Richard brisling (1990: 11)
Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita
bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang
kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima
sebagai "benar" dan "benar" oleh orang-orang yang
mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.
49. Croydon (1973: 4)
Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian
besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku
manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
50. Effat al-Syarqawi
yang mengartikan kebudayaan sebagai khazanah sejarah
suatu bangsa/masyarakat yang tercermin dalam pengakuan/kesaksiannya dan
nilai-nilainya, yaitu kesaksian dan nilai-nilai yang menggariskan bagi
kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang dalam, bebas dari
kontradiksi ruang dan waktu.
51. Parsudi Suparlan Kebudayaan
didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi
tingkah-lakunya.
52. Wallace
Kebudayaan adalah perilaku yang memiliki kemungkinan tertinggi
dalam suatu masyarakat.
53. Lorenz K
Jenis tradisi di mana simbol diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dengan pembelajaran sosial.
54. Kamus Ilmu Sosial
Kebudayaan adalah Totalitas perilaku yang dipelajari
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
55. J. Lewis
Kebudayaan adalah Semua yang diturunkan secara sosial dalam suatu
masyarakat.
56. M. Harris
Kebudayaan adalah sebuah cara hidup.
57. Ensiklopedi Indonesia (1982)
Kebudayaan merupakan istilah untuk menunjukkan
segala hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan pengungkapan bentuk.
58. Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990)
kebudayaan adalah himpunan
keseluruhan dari semua cara manusia berpikir, berperasaan, dan berbuat, serta
segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masayarakat, yang dapat
dipelajari, dan dialihkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
59. Geza Roheim
mengatakan bahwa Kebudayaan itu senantiasa berkaitan dengan
latar belakang masa kanak-kanak seseorang yang terlambat dan berfungsi sebagai
keamanan diri. Mekanisme kebudayaan manusia serupa Jaringan-jaringan yang maha
besar dari percobaan-percobaan yang kurang lebih berhasil untuk melindungi
kemanusiaan dari kehilangan sesuatu.
60. White (1862)
mengartikan kebudayaan sebagai tingkah laku yang dipelajari.
61. Ibnu khaldun
kebudayaan adalah kondisi-kondisi kehidupan yang melebihi
dari apa yang diperlukan.
62. Fizee (1982)
memberi batasan pengertian dan cakupan kebudayaan sebagai
berikut: Kebudayaan dapat bererti: (1) Tingkat kecerdasan akal yang
setinggi-tingginya yang dihasilkan dalam suatu tempoh sejarah bangsa di puncak
perkembangannya; (2) Hasil yang dicapai sesuatu bangsa dalam lapangan
kesusastraan, falsafah, ilmu pengetahuan dan kesenian; (3) Dalam pembicaraan
politik, kebudayaan diberi erti sebagai way of life sesuatu bangsa, terutama
dalam hubungannya dengan adat istiadat, upacara keagamaan, penggunaan bahasa
dan kebiasaan hidup masyarakat.
Minggu, 07 Oktober 2012
PENDIDIKAN DI INDONESIA, ANTARA PEMBEBASAN DAN KAPITALIS MATERIALIS Oleh : I Gede Kirtana Yoga
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang berada ditengah proses transisi dan perubahan sosial serta budaya yang pesat, sebagai bentuk masyarakat yang mulai memasuki budaya modern, hal ini membawa dampak banyaknya masyarakat yang semakin menjauhkan diri dari pranata sosial dan budaya asli sehingga masyarakat semakin memandang nilai etika dan moral tidak begitu mengikat dan tidak menjadi dasar kehidupan. Dunia pendidikan di Indonesia juga terkena imbas dari serangkaian dampak perubahan sosial yang terjadi akibat globalisasi.
Pendidikan Mahal
Pepatah barat kaum kapitalis menyebutkan “tidak ada sarapan pagi yang gratis”. Tampaknya pepatah ini mulai digunakan oleh beberapa perguruan tinggi besar di Indonesia dalam menjalankan visi pendidikannya. Beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memasang tarif yang gila-gilaan, akibatnya sebagian besar orang tua dan anak anak lulusan SMA menjadi kelimpungan. Impian untuk dapat mengenyam pendidikan di PTN favorit seakan dihadang ranjau yang membahayakan masa depannya. Ada sebuah fenomena menarik dikalangan PTN besar dan favorit di Indonesia yang terkesan “money oriented”, hanya bersifat materialistis belaka, yang hanya dengan sebuah argumentasi bahwa subsidi dari pemerintah/negara untuk PTN minim sekali dan tidak dapat memenuhi kebutuhan PTN. PTN ini telah membuat kebijakan pembayaran uang kuliah yang sulit dijangkau masyarakat umum, tanpa mau berpikir panjang mencari sumber sumber dana alternatif selain “memeras” mahasiswanya.
Pihak PTN berpikir bahwa kampus yang mereka kelola sangat marketable sehingga merekapun mengikuti hukum ekonomi, “biaya tinggi mengikuti permintaan yang naik”. Memang cukup dilematis, disatu sisi masyarakat dan negara selalu ingin meningkatkan kemampuan atau kecerdasan penerus bangsanya tetapi secara paradoks, masyarakat telah dibelenggu oleh biaya pendidikan yang mahal dan membuat seolah olah hanya kaum yang berduitlah yang mampu menyekolahkan anaknya Meski secara resmi pembukaan pasar bebas bidang pendidikan di Indonesia berlaku mulai tahun 2006 namun invasi pendidikan asing yang berimplikasi pada meningkatnya biaya pendidikan sudah lama terasa. Liberalisasi pendidikan terutama pada perguruan tinggi yang dipromosikan oleh WTO (World Trade Organization) sebetulnya dibungkus dengan sesuatu yang positip yakni agar lembaga pendidikan asing bisa memacu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia namun realitas dilapangan tidak sepenuhnya sesuai dengan cita cita awalnya. Prof. Dr. Sofian Effendi, Rektor UGM mengemukakan bahwa angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 2004 hanya 14%, jauh dibawah Malaysia dan Filipina yang sudah mencapai 38-40%. Memang sebuah angka partisipasi pendidikan yang masih dibawah standar. Dan dengan berbekal ini, pendidikan tinggi di Indonesia semakin mahal yang semakin menjauhkan masyarakat menengah ke bawah dengan keinginan untuk menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi negeri favorit yang murah.
Pendidikan Tidak Terfokus
Pendidikan di Indonesia selama ini terkesan tidak terfokus, ganti menteri pendidikan maka ganti juga kurikulum dan sistem pendidikannya. Pendidikan di Indonesia kurang membentuk kepribadian akademis (academic personality) yang utuh. Kepribadian akademis sangat penting dimiliki oleh pelaku pendidikan (anak didik dan pendidik) yang akan maupun yang sudah menguasai ilmu pengetahuan. Kepribadian akademislah yang dapat membedakan pelaku pendidikan dengan masyarakat umum lainnya. Perkembangan pendidikan di Indonesia tak ubahnya seperti industri, pendidik hanya bertindak sebagai pencetak produk masal yang seragam tanpa memikirkan dunia luar yang berubah menjadi lebih rumit. Cara pendidik mengajar juga cenderung mengarah pada pembentukan generasi muda yang dingin dan mengagungkan individualisme. Diskusi yang bersifat dialog jarang terjadi dalam proses pendidikan kita, bersuara kadangkala diartikan keributan yang dikaitkan dengan tanda bahwa anak yang bersangkutan tidak disiplin atau bahkan dianggap bodoh. Kondisi pendidikan utamanya di perguruan tinggi dewasa ini terlihat kurang kondusif dan kurang konstruktif karena terjadi gejala sosial yang kurang baik muncul dalam lingkungan kampus. Konflik antar mahasiswa atau pimpinan lembaga pendidikan tinggi telah terjadi di beberapa kampus, sehingga citra lembaga pendidikan tinggi agak mengalami kemunduran. Tampaknya pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu mewujudkan watak dari ilmu pengetahuan yang bersifat terbuka.
Ilmu pengetahuan menolak adanya sifat tertutup. Apa yang dianggap benar harus dapat dibuktikan (diverifikasi) secara terbuka di depan publik. Jika kita mengatakan bahwa air yang dipanaskan sampai 100 derajat celcius akan mendidih, maka dipersilakan semua orang untuk membuktikan fenomena tersebut. Karena itu kalangan akademisi harus memiliki sifat keterbukaan tersebut, kita harus dapat mengembangkan pengetahuan baru seperti konsep dan teori baru secara terbuka dan bukan untuk disembunyikan seperti dalam budaya konservatif. Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari dunia pendidikan berposisi untuk melakukan perlawanan terhadap mitos-mitos, seperti perlawanan Socrates terhadap tradisi mitologi budaya Yunani kuno yang percaya akan adanya dewa-dewi dan menganggapnya sebagai segala galanya. Socrates sangat percaya bahwa akal manusia dapat menjadi sumber kebenaran. Maksud dari perlawanan ini bahwa ilmu pengetahuan mengembangkan watak rasionalitas dalam menjalankan proses pendidikan. Ditengah gejala kurang fokusnya orientasi pendidikan kita, pendidikan di negara kita juga dihinggapi oleh masalah masih minimnya tingkat kesejahteraan para pendidik (kaum guru) yang mengemban tugas meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa yang dilabelkan kepada sosok guru telah membentuk kesadaran masyarakat tersendiri bahwa tugas guru hanya mencerdaskan bangsa tanpa mengurus kesejahteraannya sebagai manusia. Guru merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, sebaik apapun sistem dan kurikulumnya yang dibuat, jika tidak didukung oleh profesionalisme guru maka bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal. Undang-Undang tentang Guru dan Dosen yang telah disahkan tidak secara cepat ditindaklanjuti oleh pemerintah.
Pemerintah dalam melakukan reorientasi pendidikan belum menyentuh substansi dasar pada pihak pendidik dan sarana prasarana belajar, selama ini pembaharuan baru ditunjukkan melalui perubahan perubahan kurikulum saja dan masih minim melakukan perbaikan sarana dan prasarana, kita bisa lihat di pedesaan banyaknya gedung gedung sekolah yang rusak dan kurang mendapat perhatian serius. Ada sesuatu yang krusial atas kompleknya permasalahan dalam dunia pendidikan di Indonesia dimana anggaran pendidikan kita masih jauh dari anggaran yang digariskan yaitu 20% dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) seperti disyaratkan oleh Undang Undang Dasar kita. Sebagai gambaran saja, untuk tahun 2006 anggaran pendidikan kita baru Rp 41,3 triliun atau sekitar 9,1% dari APBN, bahkan peningkatan anggaran pendidikan yang diajukan oleh pemerintah untuk RAPBN 2007 sangat tidak signifikan sekali yakni hanya menjadi Rp. 51,3 triliun atau sekitar 10,3 % dari RAPBN. Memang sebuah angka yang masih jauh dari kata cukup.
Pendidikan Yang Membebaskan
Meminjam pendapat seorang tokoh terkenal di bidang pendidikan dari negara Brazil yakni Paulo Friere dalam bukunya berjudul Pedegogy of Hope yang mengatakan bahwa “tujuan pendidikan hendaknya bukan berpihak kepada partai ini atau partai itu, juga bukan kepada agama ini atau agama itu yang sectarian atau ideologis, melainkan pendidikan harus ditujukan untuk pembebasan yakni agar orang mampu secara beradab menentukan pilihannya”. Friere terkenal dengan terobosannya membuat sistem pendidikan alternatif dengan mengedepankan proses dialogis dan proses penyadaran pada masing masing individu didalamnya (peserta didik). Friere menekankan kepada kita untuk mendasarkan pada kesadaran dalam melakukan segala sesuatu tanpa ada suatu tekanan maupun paksaan/penindasan dari luar diri.
Ketika kita mulai memberi kepercayaan akan akal manusia, maka kita mulai mengakui adanya suatu kesadaran (the conciousness) dalam diri manusia. Pikiran manusia dapat membuat kesadaran, kesadaran adalah pengetahuan yang dibentuk oleh pikiran atau akal manusia. Karena itu kita akan mengenang pikiran Rene Descartes yang mengatakan bahwa “aku berpikir, aku sadar, maka aku ada” dengan demikian, kesadaran yang ada dalam pikiran itu membuat kita memiliki pengetahuan. Dari kesadaran itu kemudian muncul pemahaman tentang nilai-nilai, dimana kita memiliki kebebasan untuk memberikan pengertian terhadap istilah yang dibuat dengan menggunakan kebebasan berpikir yang disertai dengan rasio.
Kondisi pendidikan di Indonesia harus mulai diarahkan kepada peningkatan kesadaran peserta didik dalam memandang objek yang ada, peran pendidik yang sangat dominan dan otoriter harus dikurangi, peranan pemerintahpun dalam “mengacak-acak” kurikulum harus dikaji secara cermat, kalaupun itu harus dilakukan maka terlebih dahulu harus dilakukan penyerapan aspirasi secara demokratis.
Segenap komponen bangsa harus turut melakukan pembenahan sistem pendidikan di Indonesia sehingga penciptaan kesadaran individu dalam rangka kebebasan berpikir dan bertindak dengan mengedepankan etika dan norma di masyarakat dapat diwujudkan, hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal di bangku sekolah dan juga pendidikan non formal sebagai metode pendampingan masyarakat luas dalam proses pendidikan bangsa yang harus terus dilakukan secara kontinyu, karena di masa sekarang maupun di masa mendatang, seorang intelektual tidak hanya cukup bergutat dengan ilmunya belaka namun realita sosial di masyarakat juga harus menjadi objek pemikiran dalam dirinya. Pemerintah dan lembaga politik lainnya harus memiliki komitmen untuk terus berupaya meningkatkan anggaran bagi dunia pendidikan di Indonesia sehingga angka 20% dapat segera terealisasikan. Dengan ketatnya persaingan dewasa ini, arah pendidikan di Indonesia harus mampu berperan menyiapkan peserta didik dalam konstelasi masyarakat global dan pada waktu yang sama, pendidikan juga memiliki kewajiban untuk melestarikan national character dari bangsa Indonesia.
Oleh : I Gede Kirtana Yoga
Senin, 01 Oktober 2012
Langganan:
Postingan (Atom)